Showing posts with label Kisah Islami. Show all posts
Showing posts with label Kisah Islami. Show all posts

Monday 30 March 2015

RIWAYAT-RIWAYAT PEMBANGKIT SEMANGAT (1)

          Menghidupkan malam dengan shalat, berdzikir dan membaca Al-Qur’an sangat digemari oleh para sahabat dan sesudahnya(genrasi salaf), berikut ini kisah singkat mereka sebagai pembangkit semangat muslim untuk melakukannya.
  1. Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa dengan sanad sahih dari Aslam, hamba   sahayanya Umar Bin Khaththab r.a berkata, “Umar mengerjakan shalat malam hari sebanyak-   banyaknya. Bila sudah tiba akhir malam, ia membangunkan keluarganya lalu berkata, “shalat, shalat!”Kemudian Ia membaca surat Thaha ayat 132.
  2. Dari Muhammad bin Sirrin ia berkata,” Ketika orang-orang musyrik mengelilingi Utsman bin Affan untuk membunuhnya, istri Utsman berkata ‘jika kalian membunuhnya, ia sungguh sudah menghidupkan seluruh mala mini dengan satu rakaat shalat yang menamatkan Al-Qur’an’.” (HR. Thabarani Mu’jam Al Khabir, No 130; Menurut Al-Haitsami dalam Al-Zawa’id, 9/94: sanadnya Hasan).
  3. Dari Asytar bahwasanya ia pernah mendatangi Ali bin Abu Thalib r.a. pada sebagian malam. Ketika selesai shalat, Ali berkata pada Asytar, “ Akhirat itu berjalan sangat panjang maka kami perlu memotongnya dengan perjalanan malam(bangun malam).”(Ibnu Rajab Al-Hanbali, Al-Mahjah fi sair Al-Dajlah)
  4. Dari Nafi’ berkata, “Ibnu Umar r.a. telah menghidupkan waktu antara zhuhur dan ashar dengan shalat.” (Siar A’lam Al-Nubala, 3/235) masih adakah di antara kita yang ingin meniru beliau?
  5. Dari Muhammad bin Zaid berkata,” Ibnu Umar r.a. mempunyai tempat yang diisi air. Ia shalat hingga habis tenaganya, lalu ia tidur ringan seperti burung kemudian ia bangun lagi, berwudhu dan shalat. Ia melakukan hal itu empat atau lima kali dalam satu malam.”(Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz Al-Shahabah,1/340)
  6. Dari Nafi’ berkata,”Ibnu Umar r.a. jika tertinggal shalat isya berjamaah, ia suka menghidupkan seluruh malamnya.”(Ibnu Na’im, Hilyah Al-Auliya, 1/303)
  7.  Asma’ bin Abu Bakar r.a berkata, “ Abdullah bin Zubair r.a adalah ahli puasa di siang hari dan ahli bangun malam hari. Ia dijuluki sebagai”Hamamul Masjid”(Merpati Masjid). ”(Ibnu Na’im, Hilyah Al-Auliya, 1/335)
  8. Sa’id bin Musayyad berkata berkata,”Selama tiga puluh tahun ini, mu’adzin tak mengumandangkan adzan, kecuali aku sudah berada di masjid. ”(Ibnu Na’im, Hilyah Al-Auliya, 1/335). 


    Bersambung.........




Friday 12 July 2013

Kisah Syaiban Mengelus Telinga Singa

Syaiban Ar-Ra’i Mengelus Telinga Singa
Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Pada waktu itu, aku pergi berhaji bersama Syaiban Ar-Ra’i. Dan ketika kami sampai di sebuah jalan tiba-tiba kami berpapasan dengan seekor singa. Aku berkata kepada Syaiban, “Tidakkah kamu melihat binatang buas ini? Dia telah menghadang kita!’

Syaiban menjawabku, ‘Jangan takut, wahai Sufyan!’ Lalu, ia memanggil singa itu dan memegang ekornya. Kemudian, singa itu menggerak-gerakkan ekornya seperti anjing. Syaiban memegang telinga singa tersebut lalu mengelus-elusnya.

Seketika itu aku berkata, ‘Untuk apa kamu pamer semacam ini?’ Ia menjawab, ‘Wahai Sufyan, pamer mana yang kamu pertanyakan? Kalau bukan karena aku benci pamer, tentu aku tidak akan membawa bekal perjalananku ini ke Mekkah kecuali di atas punggung singa ini.’” (As-Siyar: 7/268)

Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan ke-5, Shafar 1430/2009.


Friday 5 July 2013

Seorang Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli

Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca
ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”
Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”
Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”
Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perangdialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “Assalamu ’alaika wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, “Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”
Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.
Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.” Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.” Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.” Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.’ Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.
Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, ‘Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘Assalamu ‘alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!’
Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, ‘Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.’ Aku bertanya, ‘Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, Waalaikassalam wahaiwaliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’
Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.’
Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.’
Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang! 
Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’ Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘
Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jeli itu.”
Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.
Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”

(Tanbihul Ghafilin, 395) Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Penerbit Darul Haq

Artikel www.KisahMuslim.com

Tuesday 14 May 2013

Kisah seorang Yahudi yang mengislamkan jutaan orang

Di suatu tempat di Perancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim, ia adalah orang tua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen dimana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang

Friday 12 April 2013

Detik-Detik Umar Bin Khattab Masuk Islam

          ”Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 2:137)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.(Al Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (Q.S. 4:174-175)
Dari Jubair bin Nuth’im r.a. berkata : Rasulullah saw. pernah bersabda : “Hendaklah kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya (ada) di tangan Allah dan ujungnya yang lain di tangan kamu sekalian; maka dari itu hendaklah kamu berpegang teguh kepadanya, maka sungguh kamu tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat selama-lamanya.” (Riwayat at-Thabrani)
Umar bin Khatthab adalah salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw. dan termasukkhulafaurasyidin. Ia merupakan pribadi yang dibekali tabiat yang peka dan kuat. Bila ia mengambil pendirian maka akan ia pegang hingga mencapai akhir. Semenjak belum mengenal Islam-pun, sifat dan tabiatnya sudah seperti itu. Dalam sebuah riwayat yang menceritakan bagaimana akhirnya Umar dapat tunduk terhadap ayat suci Al-Qur’an:
Pada suatu hari, Umar keluar dengan pedang terhunus dan melangkahkan kakinya ke rumah Arqam, tempat Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah. Nu’aim bertanya kepada Umar “Hendak ke mana hai Umar?”
“Mencari si murtad itu” jawab Umar, “yang telah memecah belah kesatuan negeri Quraisy serta mempersetankan cendekiawannya, menghina agamanya dan mencaci maki tuhan-tuhannya. Akan saya tamatkan riwayatnya!”
Umar merasa saat itu dirinyalah yang paling benar, bahkan sangat bencinya kepada Muhammad dan mengatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah murtad dari agama kaumnya. Hingga kesabaran Umar habis dan dikejarnya Muhammad. Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Ketika diketahuinya dari Nu’aim bahwa adiknya pun telah menjadi pengikut Muhammad, maka langkah kakinya kini diarahkan ke rumah adiknya itu. Dengan amarah yang menyala-nyala Umar pun sampai di sana. Akan tetapi ayat-ayat Allah mampu menundukkan Umar bin Khatthab. Ia pun akhirnya menjadi pembela Islam yang paling unggul.
Inilah gambaran bahwa petunjuk Allah datang dalam kondisi yang beragam. Ia dapat turun ke dalam berbagai macam komunitas dan kalangan. Bahkan terhadap orang yang teramat memusuhi petunjuk itu sekalipun. Kisah Umar di atas merupakan gambaran bahwa seorang manusia pun tidak lantas dengan mudah menilai manusia lainnya sebelum jelas bukti kebenarannya. Umar melakukan yang demikian itu pun karena Rasulullah saw. pun pernah mengatakan “Apakah kamu bisa membelah isi hati manusia?”.
Bagi seorang Umar bin Khatthab, rupa lahir yang tampak sekilas pandang tidaklah cukup untuk mengadakan penilaian terhadap orang lain. Pernah didengarnya seseorang menyanjung orang lain dengan ucapan:
“Ia seorang yang lurus”.
Maka ditanya oleh Umar:
“Pernahkah suatu hari kamu mengadakan perjalanan bersamanya?”
“Tidak”, jawabnya
“Ataukah pernah kamu suatu kali bermusuhan dengannya?”
“Tidak”
“Kalau begitu tidak ada pengetahuanmu mengenai orang itu; mungkin kamu melihatnya sedang shalat di masjid!”
Beginilah Umar mencontohkan bagaimana kita sebaiknya membuat pandangan dan penilaian terhadap orang lain yang belum kita kenal sepenuhnya. Apalagi kondisi zaman sekarang yang serba tidak menentu. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: saya pernah Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut pengetahuan agama sesudah Ia memberikan kepada mereka dengan sekali cabut, tetapi Dia mencabutnya dari mereka itu beserta kematian orang-orang yang berpengetahuan agama dengan pengetahuan mereka, lalu tinggallah orang-orang yang bodoh, mereka meminta fatwa, lalu mereka memberikan fatwa dengan pikiran mereka, maka mereka sama sesat dan menyesatkan.” (Riwayat Bukhari)
Di riwayat yang lain: “Sehingga tidak ada lagi orang yang mengerti tentang urusan agama, segenap manusia mengangkat ketua orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya, lantas memberi fatwa dengan tidak ada pengetahuan, maka sesatlah mereka dan menyesatkan.”
Berabad jaraknya antara hari ini dan zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan akan datang suatu zaman kekacauan yang digambarkan dalam hadits di atas. Lantas bagaimana caranya agar kita tetap bertahan dalam nilai kebenaran dan nilai petunjuk?
Petunjuk Nabi saw. adalah sebaik-baik petunjuk, seperti dikatakan oleh Umar ibnul Khaththab r.a., “Keduanya (Al-Qur’an dan sunnah) adalah kalam dan petunjuk, sebaik-baik kalam adalah kalam Allah SWT dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw..“
Umar mengutip redaksi ini dari sabda Rasulullah saw. yang diucapkan oleh beliau dalam khotbahnya, “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perbuatan bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.”
Inilah yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam, yaitu dengan tetap berpegang teguh kepada apa yang telah disabdakan Nabi saw. seperti yang tertera dalam keterangan di atas. Ditambah lagi, kondisi umat Islam yang hari ini semakin kritis, maka sangatlah diperlukan hadirnya sebuah “petunjuk” yang betul-betul dapat menyelamatkan nasib umat Islam dunia.
Hadirnya petunjuk Allah dapat mengubah seorang Umar hingga ia jadi pembela Islam yang tangguh. Mudah-mudahan pula citra petunjuk itu dapat kita gali dan maknai, agar umat Islam mendapatkan kembali tempat kejayaannya di mata dunia. Manusia akan mencapai puncak peradabannya, menjadi umat yang satu manakala mereka kembali kepada petunjuk Allah yang hakiki, Al-Qur’an. Itulah jalan yang lurus yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. 2:213)
Oleh : Iman Adipurnama
Sumber : Islampos di Arsipkan : Ari Noor


Monday 25 March 2013

Kisah Al Quthuz, Singa Gurun di Ain Jalut

Gelombang Dahsyat Tar Tar
mujahid
Bayangkanlah dahsyatnya kehancuran yang diakibatkan oleh gelombang Tsunami yang melanda Aceh dan Jepang beberapa tahun silam. Mayat-mayat bergelimpangan. Bangunan, pepohonan, kebun, binatang ternak, sarana umum, semuanya hancur berantakan. Kota yang tadinya ramai mendadak sepi, kelam dan berubah menjadi seperti kota hantu. Seperti itulah yg terjadi dengan negeri-negeri Islam yang terbentang dari Samarkhan hingga Baghdad ketika dilewati oleh Pasukan Mongol.
Bangsa Mongol atau Tartar telah diisyaratkan kemunculannya oleh Nabi saw. Baginda saw menyebut mereka sebagai Bani Qantura dengan ciri-ciri fisik bermuka lebar dan bermata kecil. Hanya dengan kekuatan 200.000 tentara dan berlangsung hanya dalam waktu 40 hari Kekhalifahan Abbasiyah lenyap dari muka bumi.
Kejatuhan Baghdad merupakan peristiwa sangat tragis dalam sejarah kemanusiaan. Selama 500 tahun bertahta dengan segala kebesarannya Kekhalifahan Abbasiyah Baghdad luluh lantak dihancurkan. Sebanyak 1,8 juta kaum muslimin yang berada di kota Baghdad disembelih dan kepalanya disusun menjadi gunung tengkorak sebagai peringatan bagi negara-negara yang melawan kekuatan Mongol. Khalifah Sultan Al-Mu’tasim dibantai beserta 50.000 tentara pengawalnya. Sejak pembantaian itu selama 3,5 tahun umat Islam hidup tanpa Khalifah.
Ada ahli sejarah menukilkan situasi saat itu bagaimana Hulagu Khan ini melakukan pembunuhan terhadap khalifah dengan cara memasukkannya ke dalam gulungan permadani sementara pasukan Mongol menginjak-injak dengan kuda-kuda mereka. Tidak cukup dengan itu, tentara Tartar yang biadab ini memusnahkan ribuan perpustakaan yang memuat jutaan kitab- kitab, manuskrif-manuskrif sebagai khazanah peradaban di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga air laut bertukar kehitaman akibat banyaknya kitab- kitab tersebut.
Ketika itu, seluruh negeri Islam yaitu Baghdad, Syria dan Asia Tengah sudah jatuh ke tangan tentara Mongol. Hanya tinggal tiga negeri Islam yang belum dimasuki yaitu Makkah, Madinah dan Mesir. Maka Hulagu Khan terus merangsek berupaya menaklukkan negeri yang lain.
Siapa yang menduga bangsa primitif yang jauh dari peradaban pernah mengusai 1/2 dari daratan bumi ini. Bangsa Mongol yang nomaden memutarbalikan semua fakta sejarah. Bagi dunia Islam, penaklukkan oleh Mongol ini mungkin dilihat sebagai suatu pendahuluan, sekaligus miniatur keluarnya Ya’juj Ma’juj pada akhir zaman.
Kengerian yang ditimbulkannya seolah belum hilang di tempat-tempat yang pernah diserbu oleh pasukan Jenghis Khan ini. Saat berkunjung ke Herat, Afghanistan, Mike Edwards mendengar komentar masyarakat tentang peristiwa yang terjadi tujuh setengah abad yang lalu itu, seolah baru saja terjadi sehari sebelumnya. “Hanya sembilan saja! Seluruh yang masih bertahan hidup di sini – sembilan orang!” seru seorang warga tua saat menggambarkan serangan Mongol ke kota itu (National Geographic, Desember 1996). Dan Herat bukan satu-satunya kota yang menerima nasib buruk dari pasukan Mongol.
Para ulama Islam ketika itu, hampir-hampir tidak mampu mencatat kronologis peristiwa serangan yang tidak berperikemanusiaan ini. Tidak pernah terjadi malapetaka sedasyat itu dalam sejarah bangsa manapun. Seperti yang terucap dari panglima perang Mongol saat pertama kali menjebol kota Baghdad, “Aku adalah malapetaka yang diturunkan Tuhan ke muka bumi untuk menghukum kalian…”

Quthuz Sang Penakluk Gelombang

Saifuddin Quthuz adalah satu di antara tokoh besar dalam sejarah muslimin. Nama aslinya adalah Mahmud bin Mamdud.. Ia berasal dari keluarga muslim berdarah biru. Quthuz adalah putra saudari Jalaluddin Al-Khawarizmi, Raja Khawarizmi yang masyhur pernah melawan pasukan Tartar dan mengalahkan mereka, namun kemudian ia kalah dan lari ke India. Ketika ia sedang lari ke India, Tartar berhasil menangkap keluarganya. Tartar membunuh sebagian mereka dan memperbudak sebagian yang lain.
Mahmud bin Mamdud adalah salah satu dari mereka yang dijadikan budak. Tartar menjuluki si Mahmud dengan nama Mongol, yaitu Quthuz, yang berarti “Singa Yang Menyalak”. Tampaknya sedari kecil Quthuz memiliki karakter orang yang kuat dan gagah. Kemudian Tartar jual si Mahmud kecil di pasar budak Damaskus. Salah seorang bani Ayyub membelinya. Dan ia dibawa ke Mesir. Di sini, ia pindah dari satu tuan ke tuan yang lain, sampai akhirnya ia dibeli oleh Raja Al-Mu’izz Izzuddin Aibak dan kelak menjadi panglima besarnya.
Dalam kisah Quthuz ini, kita bisa mencatat dengan jelas bagaimana skenario ajaib Allah SWT. Tartar telah memperdaya muslimin dan memperbudak salah satu anak-anak muslimin dan mereka jual langsung di pasar budak Damaskus. Untuk kemudian ia diperjualbelikan dari satu tangan ke tangan lainnya, yang akhirnya sampai ke suatu negeri yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Boleh jadi karena usianya yang masih kecil ia tidak melihat negeri jauh ini. Namun, pada akhirnya ia menjadi raja di negeri asing itu dan sepak terjang Tartar yang membawanya dari ujung dunia Islam ke Mesir pun harus berakhir di tangannya!
Subhanallah yang telah mengatur dengan Maha Lembut dan memperdaya dengan Maha Bijak. Tiada sesuatupun di bumi dan langit yang samar bagi-Nya.
“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (An-Naml [27]: 50)
Quthuz –sebagaimana mamalik (budak yang dididik militer) lainnya–tumbuh dengan pendidikan agama yang benar. Semangat Islam yang kuat bergelora di dalam hatinya. Sejak kecil, ia dilatih dengan seni menunggang kuda, metode pertempuran, seluk-beluk manajemen dan leadership. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda gagah berani, mencintai dan menjunjung tinggi agamanya. Ia juga seorang yang kuat, penyabar, dan perkasa. Selain itu semua, ia juga dilahirkan dari keluarga raja.
Masa kanak-kanak Quthuz layaknya para pangeran yang lain. Hal ini membuat dirinya begitu percaya diri. Ia tidak asing dengan masalah kepemimpinan, manajemen negara dan kekuasaan. Di atas itu semua, keluarganya hancur oleh Tartar. Hal ini–tentu saja–membuat dirinya paham betul dengan bencana Tartar. Sebab orang yang menyaksikan tidaklah seperti yang mendengar.
Semua faktor ini berpadu menjadikan Quthuz seorang yang memiliki karakter sangat unik. Ia merasa ringan dengan penderitaan, tidak takut dengan para musuh bagaimanapun banyak jumlahnya atau unggul kekuatan mereka.
Pendidikan Islam dan militer, juga pendidikan untuk berpegang teguh kepada Allah, agama dan percaya diri, semua itu mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan Quthuz –rahimahullah-.
Nama Quthuz mulai muncul ke permukaan setelah terbunuhnya Raja Al-Muizz Izzuddin Aibak dan istrinya Syajarah Ad-Dur dihukum mati. Kemudian kekuasaan beralih kepada “Sultan Bocah” Al-Manshur Nuruddin Ali bin Izzuddin Aibak. Quthuz-lah yang memegang perwalian atas sultan kecil tersebut.
Quthuz meskipun ia secara real menyetir roda pemerintahan di Mesir, namun pada kenyataannya yang duduk di kursi kekuasaan adalah seorang sultan bocah. Tentu hal ini melemahkan wibawa pemerintah di Mesir dan merongrong kepercayaan rakyat kepada rajanya serta menguatkan niat musuh-musuhnya karena mereka melihat raja adalah seorang bocah.
Dengan mempertimbangkan ancaman Tartar yang menakutkan, problema internal yang mencekik, kekacauan dan pemberontakan dari mamalik bahriyyah dan ambisi para emir Bani Ayyub di Syam, maka Quthuz melihat tiada makna keberadaan “Sultan Bocah” Nuruddin Ali di kursi negara terpenting di kawasan, yaitu Mesir, di mana tiada lagi harapan untuk membendung Tartar kecuali di pundaknya.
Dari situ, Quthuz mengambil keputusan berani, yaitu menurunkan Nuruddin Ali dan ia mengambil alih kekuasaan di Mesir. Keputusan itu bukanlah hal yang aneh. Sebab sebenarnya Quthuz adalah penguasa real di Mesir. Semua orang –termasuk “sultan bocah” itu sendiri–mengetahui hal itu. Seolah-olah ada boneka lucu di mana Quthuz-lah yang menggerakan boneka tersebut. Boneka itu adalah sultan yang bocah. Apa yang dilakukan Quthuz tiada lain hanya mengangkat boneka itu, untuk memperlihatkan seorang singa gagah yang di tangannyalah peta geografi dunia akan berubah, begitu pula lembaran-lembaran sejarah lainnya.
Penggantian ini terjadi pada tanggal 24 Dzul Qaidah 657 H, yaitu beberapa hari sebelum kedatangan Hulagu di Aleppo.
Sejak Quthuz – naik ke kursi kekuasaan, ia terus mempersiapkan diri untuk menyongsong Tartar yang belum lama menghancurkan ibukota Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Lalu bagaimana Sultan Al-Muzhaffar (gelar Quthuz setelah menjadi raja) menangani situasi yang sangat krusial itu? Apa saja langkah-langkah dan persiapan yang dilakukannya untuk menghadapi serangan Tartar yang dahsyat? Dalam kurun waktu sekitar setahun (658 H), Quthuz melakukan banyak pekerjaan besar. Secara ringkas terangkum dalam kronologi sebagai berikut:
Quthuz memulai reformasi dalam negeri di Mesir.
Pengampunan terhadap mamalik bahriyyah dan penyatuan dengan bekas rival mereka mamalik mu’izziyyah.
Azh-Zhahir Baibars yang sempat menjadi oposisi diundang pulang ke Mesir dari Damaskus.
Upaya Quthuz menyatukan Mesir dan Syam lewat surat-surat untuk para emir Bani Ayyub di Syam.
Aleppo jatuh pada bulan Shafar, juga Damaskus pada bulan Rabiul Awwal, di bawah kekuasaan Tartar.
Datangnya surat ancaman Tartar untuk menyerang Mesir.
Quthuz memutuskan untuk memerangi Tartar.
Keputusan Quthuz untuk memerangi Tartar akan dilangsungkan di Palestina dan bukan di Mesir.
Dimulainya persiapan tentara Mesir secara ekonomi dan juga militer.
Dimulainya persiapan mental rakyat Mesir dengan ulama sebagai pelopornya untuk menerima ide jihad melawan Tartar.
Sebagian tentara Syam datang bergabung dengan Quthuz di Mesir.
Tentara muslim berkumpul di daerah Shalihiyah.
Tentara muslim bergerak menuju Palestina pada bulan Sya’ban.
Kemenangan muslimin di bawah Baibars atas tentara Tartar yang menjaga Gazza.
Perundingan dengan kaum Salib di Akka.
Quthuz memilih Ain Jalut untuk menjadi ajang pertempuran dengan Tartar.
Kemenangan muslimin di Ain Jalut yang terjadi pada 25 Ramadhan.
Damaskus dibebaskan dari tangan Tartar oleh pasukan yang dipimpin Quthuz pada 30 Ramadhan.
Aleppo dibebaskan dari tangan Tartar di bawah Baibars pada awal bulan Syawwal.
Quthuz kembali ke Mesir pada 26 Syawal.
Quthuz meninggal dunia, syahid—insyaallah.
Saifuddin Al-Muzhaffar Quthuz Rahimahullah meninggal dunia hanya lima puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11 bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!
Berbagai peristiwa bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi, kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya, semua ini dicapai kurang dari satu tahun!
Meski ia memerintah dalam masa yang sangat pendek, namun ia termasuk tokoh terbesar dunia. Karena, nilai seorang tokoh dan keagungannya tidak diukur dengan umurnya yang panjang, harta yang banyak, atau kerajaannya yang megah, namun ia diukur dengan karya-karya bersejarahnya yang mampu merubah peta sejarah dan geografi dunia. Pada saat yang sama karya-karya itu juga bernilai besar menurut mizan (timbangan) Allah.
Ia adalah seorang pembaru (mujaddid) dan teladan (qudwah) yang baik. Sejumlah nilai ideal melekat pada dirinya; sisi keimanan dan kekhusyukannya, sisi zuhud dan menjaga kehormatan dirinya, sisi kemampuan dan kemahirannya, sisi kejujuran dan keikhlasannya, sisi jihad dan pengorbanannya, sisi kesabaran terhadap diri dan kesabaran terhadap orang lain, sisi kebijakan dan rendah hatinya..
Ia seperti yang disifati oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar Al-A’lam An-Nubala’, “Ia adalah seorang prajurit pemberani, politikus, beragama, dicintai rakyat, mengalahkan Tartar, membersihkan Syam dari Tartar pada perang Ain Jalut, ia juga orang yang baik jihadnya, insyaallah. Ia adalah seorang pemuda berambut pirang, berjenggot tebal, bentuknya sempurna, ia memiliki tangan yang putih (sesuai dengan syariah-Nya) dalam berjihad melawan Tartar, maka Allah gantikan masa mudanya dengan surga dan Dia meridhainya.”
Ia adalah sosok yang disifati oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah sebagai:“Seorang yang pemberani, pahlawan, banyak berbuat kebajikan, punya kesadaran tinggi terhadap Islam dan menyadarkan rakyat dengannya. Ia dicintai rakyatnya dan mereka banyak berdoa untuknya.”
Apa arti seorang Quthuz, jika ia tidak berpegang tegung dengan syariah Allah, tidak menang dalam perang Ain Jalut berkat keteguhannya dengan syariah, dan tidak komitmen dengan jalan Allah SWT? Apa arti seorang Quthuz tanpa jalan ini??
Syekh Al-Izz bin Abdussalam, setelah kehilangan Quthuz dengan begitu cepat, mulai mengkhawatirkan umat ini. Khawatir, kalau-kalau kemenangan besar itu akan sia-sia dan umat mengalami kehancuran kembali. Setelah kematian Quthuz, sambil menangis sedih ia berkata, “Semoga Allah merahmati masa mudanya. Seandainya ia hidup lama tentu ia akan memperbaharui para pemudanya ke arah Islam.”
Namun, Quthuz memang telah memperbaharui para pemuda ke arah Islam, meski ia tidak hidup lama!
Daulah Mamalik selama kurang lebih tiga abad kemudian terus mendorong semangat muslimin dan mengangkat panji Islam. Quthuz telah meletakkan pondasi yang kokoh. Di atas pondasi inilah orang-orang lain akan membangun bangunan yang kuat. Tanpa pondasi ini bangunan tidak akan mampu berdiri.
Terakhir, Syekh Al-Izz bin Abdussalam berkomentar, “Tiada orang yang memerintah perkara muslimin setelah Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah yang sebanding dengan Quthuz Rahimahullah dalam kesalehan dan keadilannya.” Bilakah muncul kembali Quthuz-Quthuz muda di zaman ini? Wallahu a’lam.

Ain Jalut, Titik Balik Gelombang Jihad

Dalam waktu yang tidak berapa lama, demi merasa telah menaklukkan Abbasiyah maka Hulagu mengirim 4 orang delegasi ke Mamluk Mesir. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan kepada Al Muzhaffar Quthuz. Surat itu berbunyi :
“Dari Raja Raja Timur dan Barat, Khan Agung. Untuk Quthuz Mamluk, yang melarikan diri dari pedang kami. Anda harus berpikir tentang apa yang terjadi pada negara-negara lain dan tunduk kepada kami. Anda telah mendengar bagaimana kami telah menaklukkan kerajaan yang luas dan telah memurnikan bumi dari gangguan yang tercemar itu. Kami telah menaklukkan daerah luas, membantai semua orang. Anda tidak dapat melarikan diri dari teror tentara kami. kemana Anda lari? Jalan apa yang akan Anda gunakan untuk melarikan diri dari kami?
Kuda-kuda kami cepat, panah kami tajam, pedang kami seperti petir, hati kami sekeras gunung-gunung, tentara kami banyak seperti pasir. Benteng tidak akan mampu menahan kami, lengan Anda tidak dapat menghentikan laju kami. Doa-doa Anda kepada Allah tidak akan berguna untuk melawan kami. Kami tidak digerakkan oleh air mata atau disentuh oleh ratapan. Hanya orang-orang yang mohon perlindungan akan aman. Mempercepat balasan Anda sebelum perang api dinyalakan.
Menolak dan Anda akan menderita bencana yang paling mengerikan. Kami akan menghancurkan masjid Anda dan mengungkapkan kelemahan Tuhanmu, dan kemudian kami akan membunuh anak-anak dan orang tua Anda bersama-sama. Saat ini Andalah satu-satunya musuh yang mesti kami hadapi.”.
Setelah membaca surat tersebut yang isinya jelas-jelas melecehkan kedaulatan Islam karena hanya memberikan dua opsi, menyerah atau berperang. Saifuddin Qutuz tidak gentar sedikitpun, malah beliau dengan berani menempeleng delegasi Mongol itu dan membunuh mereka dan kepala mereka digantung di Bab Zuweila, salah satu pintu gerbang Kairo. Dengan segera ia menggerakkan pasukannya dan memancing Mongol untuk bertempur di Ain jalut.
Quthuz melakukan itu tidak melanggar kaidah Islam yang melindungi delegasi asing yang melakukan tugas negosiasi. Karena para ahli sejarah menyatakan bahwa kedatangan delegasi Mongol tersebut bukan sekadar mengantar surat Hulagu Khan an sich, tetapi tertangkap tangan melakukan tindakan sebagai mata mata tentera Tartar.
Sebagian dari pembesar istana merasa takut dan ingin menarik diri dari dukungan, karena merasa Mesir ketika itu masih belum siap untuk menghadapi tentara Mongol yang telah menguasai wilayah yang cukup luas (dari Korea hingga Polandia hari ini). Quthuz mengumpulkan para pembesar-pembesar dan para panglima lalu berkata kepada mereka, “Wahai pemimpin kaum Muslimin! Kamu diberi gaji dari Baitul Mal, sementara kamu tidak mau berperang. Siapa yang memilih untuk berjihad, mari bersamaku. Siapa yang tidak mau berjihad, pulanglah ke rumahnya masing-masing. Allah akan mengawasi kalian. Sungguh dosa kaum Muslimin yang dilecehkan kehormatannya akan ditanggung oleh orang yang tidak ikut berjihad.”
Kata-kata Quthuz ini menjadi tamparan dan akhirnya mereka memilih untuk berjihad bersama Quthuz.
Pembiayaan perang yang tidak sedikit menjadi masalah ketika itu, dibutuhkan biaya besar untuk perbaikan benteng, renovasi jembatan, penyediaan peralatan perang dan logistik. Quthuz mengumpulkan para menteri negara untuk bermusyawarah. Kas negara betul-betul tidak mencukupi maka pilihan yang ada adalah menarik dana dari rakyat dan harus dilakukan dengan segera.
Tetapi Qutuz memerlukan dukungan para ulama untuk mengeluarkan fatwa. Tanpa fatwa Qutuz tidak akan melakukannya. Umat Islam di Mesir saat itu tidak mengenal pungutan selain hanya zakat. Diantara yang dipanggil ketika itu adalah seorang ulama yang bernama Al-Izz bin Abdis Salam Al-Izz bin Abdis Salam telah sepuh berumur 81 tahun dan terkenal karena ketegasannya. Beliau mengeluarkan fatwa yang cukup tegas:
“Apabila negara diserang musuh, maka wajib atas dunia Islam untuk memerangi musuh itu. Harus diambil dari rakyatnya harta mereka untuk membantu peperangan dengan syarat bila tidak ada asset yang tersimpan di dalam Baitul Mal. Maka setiap kalian (penyelenggara pemerintahan) hendaklah menjual seluruh asset yang dimiliki dan tinggalkan untuk diri kalian hanya kuda dan senjata saja. Kalian dan seluruh rakyat adalah sama di dalam masalah ini. Adapun tentang mengambil harta rakyat sementara pimpinan tentara masih memiliki harta dan peralatan mewah, maka penarikan harta rakyat tidak menjadi keharusan.”
Fatwa yang cukup tegas ini disambut dengan ketegasan Qutuz pula. Beliau menginstruksikan agar semua pembesar dan pimpinan perang menyerahkan seluruh asset yang mereka miliki sesuai fatwa tersebut. Hasilnya, Mesir menjadi negara yang kaya. Penyerahan harta oleh para pembesar dan pimpinan diikuti pula secara serempak oleh seluruh rakyat. Mereka menyumbangkan harta untuk memenuhi tuntutan pembiayaan perang. Fatwa Al-Izz bin Abdis Salam sangat ampuh menyelesaikan masalah keuangan dengan segera.
Kemudian Al- Qutuz segera memobilisasi tentaranya maka terbentuklah pasukan berjumlah 20. 000 orang tentara. Mereka berunding dan akhirnya memutuskan untuk menyerang tentara Mongol di luar Mesir. Ini adalah strategi ofensif dalam menghadapi tentara Mongol.
Para tentara Allah ini berangkat ke luar wilayah Mesir dan terus bergerak ke arah Palestina. Dan bertemulah mereka dengan pasukan Tartar yang dikomandani oleh Kitbuqa di Ainun Jalut. Maka terjadilah pertempuran dahsyat antara kedua belah pihak.
Saat pertempuran sengit berlangsung, al- Qutuz membuka topeng besinya dan melaju dengan kudanya ke tengah arena pertempuran sambil memberi motivasi kepada seluruh tentaranya agar berjuang sampai titik darah penghabisan untuk memburu syurga Allah. Teriakan takbir bergema di sepanjang pertempuran dan al Qutuz terus merangsek di tengah- tengah musuh.
Pada pertempuran Ain Jalut ini, al- Qutuz didampingi isterinya Jullanar yang turut menyertai dalam rombongan pasukannya. Ketika Jullanar terluka parah, al- Qutuz memapahnya sambil berkata, ”Wahai Kekasihku.” Jullanar dalam keadaan terluka parah tetap memberikan semagat kepada suaminya. Dia pun membalas ucapan mesra suaminya dengan mengatakan, ”Wahai al-Qutuz lebih cintalah kamu kepada jihad ini.” Lalu isterinya menghembuskan nafas terakhir dan gugur sebagai syahidah.
Dalam kecamuk perang yang dahsyat, kuda yang ditunggangi al Quthuz terbunuh. Dengan sigap beliau langsung melompat dan berlari menghadang musuh. Saat itu ada seorang prajurit yang menyaksikan kuda al Quthuz terbunuh. Dengan tanpa dikomando sang prajurit menawarkan kuda tunggangannya kepada al Quthuz.
“Saya tidak ingin menghalangimu untuk memberikan manfaat kepada orang lain.” Al Quthuz menghargai tawaran prajuritnya sebagai sebuah kesetiaan. Semangat jihadnya yang tinggi menjadi api yang membakar semangat para tentaranya untuk memburu syahid yang selalu diidam-idamkannya.
Qutbuddin Al-Yunaini di dalam Al-Bidayah Wan Nihayah (658H) mengatakan bahwa al Qutuz sebelum menjadi seorang Sultan pernah bermimpi bertemu Rasulullah saw, dalam mimpinya Nabi saw mengatakan kepadanya bahwa dirinyalah yang akan menguasai Mesir dan akan menang dalam perang melawan Mongol.
Setelah itu al- Qutuz terus maju ke medan pertempuran hingga akhirnya pada hari Jumat, 25 Ramadhan 658H, bertepatan dengan 3 September 1260M tentara- tentara Allah ini berhasil merebut kemenangan atas tentara Tartar di Ain Jalut. Padahal selama ini tentera Tartar tidak pernah ada cerita dikalahkan dalam setiap pertempuran. Dan andaipun kalah di beberapa pertempuran, maka mereka akan mampu menebus kembali kekalahan mereka. Akhirnya hancurlah pasukan Tartar di ujung mata pedang kaum muslimin dan tidak pernah mampu lagi menebus kekalahan mereka di Ain Jalut.

Oleh Aidil Heryana (dakwatuna) diarsipkan Ari Noor

Pertanyaan Yang Membuat Seorang Mufti Saudi Menangis"

(Muslimpress) – Dalam sebuah acara live di salah satu saluran TV, seorang Syaikh (seorang Mufti) mendapat pertanyaan dari Somalia:

“Apakah puasa Saya diterima (sah) jika kami tidak memilki makanan untuk sahur atau iftar (berbuka)?”

Seketika Mufti itu menangis karena mendengar pertanyaan “Apakah puasa Saya sah jika kami tidak memiliki makanan untuk sahur atau iftar?”

***

Wahai saudaraku, kita masih diberikan nikmat yang sangat banyak yang tak akan pernah terhitung, masihkah kita tidak bersyukur? Wahai saudaraku yang berkelebihan harta, masihkah kalian tidak mau mengeluarkan sebagian harta kalian untuk orang-orang yang kelaparan? Banyak Muslim di sekitar kita atau di luar sedang kelaparan, sedang menderita penindasan, tak berdaya. Kita yang berkelebihan harta kelak akan ditanya kemana saja uang yang kita belanjakan?!

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Al-Ma’uun: 1-3)

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At-Takaatsur: 1-8)

Renungan untuk kita semua

(Firaas Adams/muslimpress)

Artikel: www.kisahislam.net


diarsipkan Ari Noor on March 25 2013

Tuesday 5 March 2013

Mengaharukan! Betapa Kita Membutuhkan Akhlak Seperti ini..

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Telah terjadi di zaman Umar bin al-Khaththab , bahwa datang tiga orang sambil memegang seorang pemuda. Mereka berkata, ‘Wahai amirul mukminin, kami menginginkan qishash bagi kami dari laki-laki ini, dia telah membunuh ayah kami.’ Maka Umar berkata, ‘Kenapa dia membunuhnya?’
laki-laki itu berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang menggembalakan seekor onta, kemudian ontaku yang paling bagus memakan tanaman dari tanah bapak mereka, kemudian bapak mereka memukul ontaku dengan batu hingga mati. Lalu akupun menggenggam batu yang sama kemudian kupukul dia dengan batu tersebut hingga mati.’
Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Jika demikian, maka aku tegakkan hukuman had (hukum Allah) atas kamu.’ Laki-laki itu berkata, ‘Berikanlah aku waktu tangguh hingga tiga hari, bapakku telah meninggal, dan meninggalkan sebuah harta simpanan, untukku dan adikku yang masih kecil. Jika engkau membunuhku, maka tersia-siakanlah harta simpanan tersebut, dan tersia-siakanlah adikku sepeninggalku.’
Maka Umar berkata, ‘Siapakah yang akan menjaminmu?’
lalu laki-laki itu melihat kepada wajah-wajah manusia yang hadir, lalu berkata, ‘Laki-laki ini.’ Maka Umar berkata, ‘Wahai Abu Dzar, apakah engkau akan menjamin laki-laki ini?’
Abu Dzar berkata, ‘Ya, wahai amirul mukminin.’ Umar berkata, ‘Sesungguhnya engkau tidak mengenalnya, dan jika dia melarikan diri, maka aku akan tegakkan had (hukuman mati) atasmu.’ Abu Dzarpun menjawab, ‘Aku menjaminnya wahai amirul mukminin.’
Lalu laki-laki itupun pergi. Kemudian berlalulah hari pertama, kedua dan ketiga. Seluruh manusia saat itu dalam keadaan mencemaskan Abu Dzar.
Sesaat sebelum shalat maghrib, datanglah laki-laki tersebut, dia dalam keadaan menjulurkan lidahnya, dalam keadaan sangat keletihan dan kecapekan. Dia berdiri di hadapan Amirul mukminin Umar bin al-Khaththab. Dia berkata, ‘Aku telah menyerahkan harta simpanan tersebut dan adikku kepada paman-pamannya, dan sekarang aku berada di bawah tangan anda, agar anda tegakkan hukum had atas saya.’
Lalu Umarpun merasa aneh, lantas berkata, ‘Apa yang membuatmu kembali, padahal mungkin bagimu untuk melarikan diri.’ Laki-laki itu menjawab, ‘Aku khawatir telah hilang sifat wafa` (memenuhi janji) dari manusia.’ Kemudian Umar bertanya kepada Abu Dzar, ‘Mengapa kamu
menjaminnya?’
Abu Dzar berkata, ‘Aku khawatir akan dikatakan bahwa kebaikan telah hilang dari manusia.’ Maka putra-putra korbanpun terenyuh dan tersentuh dengan hal ini kemudian berkata, ‘Kami maafkan dia.’ Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Kenapa?’
mereka menjawab, ‘Kami khawatir nanti dikatakan bahwa sifat memaafkan telah hilang dari manusia.’
Sumber: Majalah Qiblati
Dipublikasikan kembali oleh: www.kisahislam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Rahasia di balik Keislaman Politisi Belanda Anti-Islam Arnoud Van Dorn

BELANDA (voa-islam.com) – Sabtu (02/03/13) seorang anggota Dewan kota Den Haag dan mantan anggota Partai Kebebasan yang anti-Islam yang dipimpin oleh Geert Wilders, Arnoud Van Dorn, mengumumkan keislamannya.

Masuk Islam Karena ‘Pakaian Dalam’

Mungkin kedengaran aneh dan janggal. Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk islamnya seorang non muslim kedalam islam di sebabkan hal-hal luar biasa dan penting. Seperti dokter Miller seorang penginjil Kanada yang masuk islam setelah menjumpai I’jaz Qur’an dari berbagai segi.Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Ya,…masuk islam gara-gara pakaian dalam!!
Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris termasuk pakaian dalam mereka.
Suatu hari wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas pada Doktor Sholeh, perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’. Ada beberapa pakaian dalam yang tidak berbau seperti mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.
Betapa terkesan ibu tua ini dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk islam dengan perantaraan pakaian dalam!!!
Di kutip dari : Majalah Al-Qawwam edisi 15, dzul qa’dah 1427 H Badiah, Riyadh.
(http://www.facebook.com/yusuf.solihin.9?ref=ts&fref=ts) via Abu Musa Jauhari
Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Sunday 16 December 2012

Kisah Hakim Yang Bijak


Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Iyas bin Mu’awiyah al-Muzanni diangkat menjadi Qadhi (hakim) di Bashrah. Beliau terkenal sebagai hakim yang cerdas. Alkisah tersebarlah berita tentang

Monday 3 December 2012

KISAH SHAHABAT: ANAS BIN MALIK Ra


“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya dan keberkahan untuknya.”
(Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuknya)
Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya al-Ghumaisha’ mentalqinnya dengan dua kalimat syahadat. lbunya mengisi hatinya yang bersih dengan kecintaan kepada Nabiyul Islam Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Monday 19 November 2012

SI GUBERNUR MISKIN

Hari itu kota Hims, salah satu kota besar di bilangan Syam, dikejutkan oleh inspeksi mendadak sang khalifah Umar bin Khoththob. Sebenarnya inspeksi semacam ini bukan hal yang aneh bagi kaum muslimin pada zaman itu. Pasalnya, khalifah yang satu ini memang terkenal suka melakukan peninjauan langsung terhadap kinerja seluruh staf-staf kenegaraannya. Apabila ada hal yang tidak beres dia tidak segan-segan memecat dan mengganti pegawainya.

Monday 5 November 2012

Kisah Taubat Malik Bin Dinar


Aku seorang polisi dan menyenangi minum khamr. Aku membeli seorang budak yang cantik yang melahirkan seorang anak perempuan untukku. Aku sangat mencintai anakku dan ketika dia mulai merangkak dengan kedua tangan dan kakinya aku semakin mencintainya. Setiap kali aku meletakkan minuman keras di hadapanku dia akan datang kepadaku dan menjauhkan minuman itu, atau dia akan menumpahkannya dariku.

Seorang Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli


Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111).